FORAGE



FORAGE


Keberhasilan dari suatu usaha peternakan dapat ditentukan oleh tiga faktor, yaitu genetik, pakan dan manajemen (Purbajanti, 2013). Dalam hal ini pakan sangat memegang peranan penting dalam suatu usaha peternakan karena akan berpengaruh terhadap kuantitas, kualitas , kontinuitas dan keseimbangan zat gizi (Febrina dan Liana, 2008). Selain hal tersebut pemberian pakan akan sangat berpengaruh pada produksi ternak, sehingga pemberian pakan harus dapat mencukupi kebutuhan ternak baik untuk hidup pokok maupun untuk pertumbuhan sehingga diperlukan adanya ketersediaan hijauan pakan ternak yang mencukupi (Rukmana, 2005). Salah satu contoh dari pakan yang akan sangat berpengaruh terhadap usaha peternakan yaitu forage atau hijauan pakan ternak.
Forage atau hijauan pakan ternak merupakan suatu bahan pakan utama bagi kehidupan ternak dan menjadi suatu dasar yang harus diperhatikan dalam usaha pengembangan peternakan (Elly dkk., 2013). Ketersediaan hijauan pakan ternak dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu iklim, tanah, spesies, pengelolaan dan kondisi sosial ekonomi petani (Rukmana, 2005).
Iklim akan sangat berpengaruh dalam ketersediaan hijauan pakan ternak, karena tidak semua tanaman dapat tumbuh dengan baik dalam segala kondisi serta akan mempengaruhi kualitas yang dihasilkan (As-Syakur dkk., 2011). Selain iklim, curah hujan juga mempengaruhi ketersediaan hijauan pakan yang mana pada musim hujan pastinya produksi hijauan pakan akan lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau dan akan mempengaruhi kandungan serat kasar yang terdapat pada hijuan pakan. Saat curah hujan tinggi, kandungan serat kasar yang terdapat pada hijauan akan lebih tinggi dibandingkan dengan saat musim kemarau (Mukson dkk., 2008).
Hijauan pakan ternak atau forage terdiri dari rumput dan leguminosa yang masing-masing mempunyai nilai nutrisi yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan ternak (As-Syakur dkk., 2011). Nilai nutrisi utama yang terkandung dalam hijauan adalah protein kasar, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen dan mieral (Purbajanti, 2013). Semua tanaman yang mengandung protein kasar tinggi dianggap dianggap sebagai hijauan pakan yang baik.
Rumput merupakan salah satu dari jenis hijauan pakan ternak yang sering digunakan. Rumput dapat digolongkan menjadi rumput potong dan rumput gembala  yang masing-masing mempunyai kriteria yang berbeda. Rumput dapat dikatakan sebagai rumput potong ketika produksinya tinggi, banyak anakan, tumbuh tegak dan responsif terhadap pupuk. Lain halnya ketika rumput tersebut tumbuhnya rendah, vertical maupun merambat, tahan terhadap injakan dan tumpuh dengan cepat maka rumput tersebut dapat disebut dengan rumput gembala (Purbajanti, 2013).
Rumput yang digunakan sebagai hijauan pakan ternak harus mempuyai palatabilitas yang tinggi dan mengandung nilai nutrisi yang tinggi sehingga dapat mencukupi kebutuhan ternak (Rukmana, 2005). Rumput yang biasa diberikan sebagai rumput pakan diantaranya yaitu rumput gajah, rumput raja, rumput setaria, rumput brachiaria dan rumput benggala yang masing-masing mempunyai kandungan nutrisi yang dapat mencukupi kebutuhan ternak dan bersifat palatable.
Hijauan pakan ternak (forage) lainnya yaitu kelompok leguminosa. Leguminosa merupakan suatu jenis tanaman pakan yang mengandung protein tinggi sehingga sangat berperan dalam pertumbuhan dan produktivitas ternak (Hadi dkk., 2011). Legume biasanya dapat tumbuh dengan baik di daerah-daerah tropik dengan curah hujan yang sedang hingga tinggi (Purbajanti, 2013). Kelebihan yang dimiliki oleh leguminosa yaitu dapat memfiksasi Nitrogen. Contoh dari legume yang sering digunakan sebagai bahan pakan ternak yaitu sentro, lamtoro, daun gamal, kaliandra, dll.
Selain berperan sebagai hijauan pakan ternak, leguminosa juga sangat berguna untuk lingkungan sekitar dengan menghasilkan nitrogen organik yang apabila berinteraksi dengan karbon organik maka dapat memperbaiki struktur tanah yang ada (Purbajanti, 2013). Leguminosa juga dapat menstimulasi, memperbanyak, diversifikasi microflora serta memutus penyakit dari tanaman monokultur (Hadi dkk., 2011).

DAFTAR PUSTAKA

As-Syakur, A. R., I. W. Suarna, I. W. Rusna dan I. N. Dibia. 2011. Pemetaan kesesuaian iklim tanaman pakan serta kerentanannya terhadap perubahan iklim dengan sistem informasi geografi (sig) di provinsi Bali. J. Pastura. 1 (1): 9-15.

Elly, F. H., P. O.V. Waleleng, I. D. R. Lumenta dan F. N. S. Oroh. 2013. Introduksi hijauan makanan ternak sapi  di minahasa selatan. J. Pastura. 3 (1): 5-8.

Febrina, D dan M. Liana. 2008. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ruminansia pada peternak rakyat 01 kecamatan Rengat Barat kabupaten Inoragiri hulu. J. Peternakan. 5 (1): 28-37.

Hadi, R. F., Kustantinah dan H. Hartadi. 2011. Kecernaan in sacco hijauan leguminosa dan hijauan non-leguminosa dalam rumen sapi peranakan ongole. Bulletin Peternakan. 35 (2): 79-85.

Mukson, S. Marzuki, P. I. Sari dan H. Setiyawan. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi potensi pengembangan ternak sapi potong rakyat di kecamatan Kaliori kabupaten Rembang, Jawa Tengah. J. Indonesian Tropical Animal Agriculture. 33 (4): 305-312.

Purbajanti, E. D. 2013. Rumput dan Legum sebagai Hijauan Makanan Ternak. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Rukmana, R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Kanisius, Yogyakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LEGUMINOSA

Jenis-jenis Itik

Stocking Rate