Carrying Capacity
Carrying
Capacity
Carrying
capacity atau kapasitas tampung merupakan jumlah hewan yang
dapat bertahan pada suatu lingkungan (berupa padang penggembalaan) dalam jangka
panjang tanpa menimbulkan adanya suatu kerusakan lingkungan (Moniaga, 2011). Kapasitas
tampung akan menunjukkan kemampuan suatu lingkungan guna mendukung kehidupan
hewan yang sangat bergantung pada biomas (bahan organik tumbuhan) yang tersedia
pada suatu lingkungan (Nugraha dkk., 2013).
Carrying
capacity dapat juga diartikan sebagai kemampuan suatu
lingkungan guna menunjang kehidupan suatu makhluk hidup secara optimum dalam
jangka waktu panjang (Nugraha dkk., 2013). Kapasitas tampung yang dimaksud
dalam hal ini adalah ketersediaan pakan ternak baik yang berupa rumput maupun
leguminosa guna mencukupi ternak dalam jangka panjang (Suhaema dkk., 2014).
Lahan penggembalaan
yang terdapat di Indonesia sering sekali mengalami kerusakan yg mana hal
tersebut dapat diakibatkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Dalam hal
ini faktor eksternal berupa berkurangnya luas padang penggembalaan dari waktu
ke waktu, sedangkan faktor internal berupa adanya kerusakan terhadap vegetasi
yang ada akibat dari berkembangnya tanaman pengganggu (gulma) yang mendominasi
padang penggembalaan yang ada sehingga akan mengakibatkan terjadinya penekanan
terhadap tanaman inti yang disukai oleh ternak (Suhaema dkk., 2014). Ketika
padang penggembalaan tersebut telah terintervensi oleh gulma maka akan
mengakibatkan kondisi tanah menjadi kritis (Nugraha dkk., 2013).
Carrying
capacity tidak berbeda jauh dengan stocking rate yang mana apabila terjadi kepadatan ternak yang
berlebih tanpa memperhatikan carrying
capacity yang ada, maka akan terjadinya suatu penghambatan pada pertumbuhan
hijauan sehingga produksi hijauan akan
menurun karena tidak berkesempatan untuk tumbuh kembali. Sama halnya ketika
ternak yang ada dalam padang penggembalaan tersebut dalam jumlah sedikit maka
akan mengakibatkan penurunan kualitas hijauan yang diakibatkan karena hijuan
yang ada akan mengalami penuaan sehingga kadar serat kasar menjadi tinggi
(Siregar, 2008).
Dalam mengamati tingkat
carrying capacity yang ada diperlukan
adanya suatu perhitungan, yang mana perhitungan tersebut berlandaskan pada
produksi hijauan pakan yang tersedia (Nugraha dkk., 2013). Perhitungan yang
digunakan menggunakan norma Satuan Ternak (ST) yaitu berupa ukuran yang
digunakan untuk menghbungkan anatara berat badan ternak dengan jumlah pakan
yang dikonsumsi (Suhaema dkk., 2014). Ternak dewasa biasanya memerlukan pakan
hijauan sebesar 35 kg/ekor/hari, ternak muda memerlukan hijauan sebesar 15-17,5
kg/ekor/hari dan ternak anakan memerlukan hijuan sebesar 7,5-9 kg/ekor/hari.
Terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengarhui kapasitas tampung, salah satunya yaitu proper use factor. Proper use factor
merupakan suatu faktor yang harus diperhatikan guna menjamin adanya pertumbuhan
kembali suatu hijauan pakan ternak (Suhaema dkk., 2014). Proper use factor meliputi faktor lingkungan, jenis ternak, tipe
iklim dan musim. Proper use factor dapat
digolongkan menjadi 3 yaitu, untuk padang penggembalaan ringan sebesar 25-30%,
padang penggembalaan sedang sebesar 40-45% dan padang penggembalaan berat
sebesar 60-70%.
DAFTAR
PUSTAKA
Nugraha, P. Indaro dan H. A. M. Helmi. 2013. Studi
kesesuaian dan daya dukung kawasan untuk rekreasi pantai di pantai panang kota
Bengkulu. J.
Marine Research. 2 (2): 130-139.
Suhaema E, Widiatmaka, Tjahjono B. 2014. Pengembangan
wilayah peternakan sapi potong berbasis kesesuaian fisik lingkungan dan
kesesuaian lahan untuk pakan di kabupaten cianjur. Jurnal Tanah dan Lingkungan
16(2): 53-60.
Moniaga,
Vicky R.B. 2011. Analisis daya dukung lahan pertanian. J. ASE. 7 (2): 61 – 68.
Komentar
Posting Komentar